Jumat, 18 September 2015

Gua Payudan, Gua di Langit Madura

Dari sekian banyak tujuan wisata di Madura, ada satu tempat pilihan yang menjadi tujuan utama para wisatawan. Umumnya para pelancong datang untuk tujuan berwisata religi. Tempat ini berada di perbukitan di kabupaten Sumenep, tepatnya di desa Payudan kecamatan Guluk-guluk. Nama tempat wisata ini adalah Gua Payudan, sekitar 30 km dari kota Sumenep.

Untuk menuju ke lokasi ini ada 2 jalur utama, yaitu melewati desa Dhaleman dan desa Artako. Untuk jalur dari Dhaleman hanya bisa dilalui sepeda motor atau jalan kaki. Sedangkan jalur Artako bisa dilalui dengan mobil. Kondisi jalan jalur Dhaleman rusak berat tapi waktu tempuh relatif singkat, sekitar 10 menit saja sudah sampai di lokasi. Sementara jalur Artako jalannya memang relatif lebih bagus tapi butuh waktu hampir 30 menit untuk sampai ke lokasi.
Jalur Desa Dhaleman


Jalur Desa Dhaleman

Jalur Desa Artako


Gua Payudan berada di atas bukit berbatu. Sebelum menuju gua ada rumah penduduk yang biasa disinggahi pengunjung. Disini pengunjung dimintai uang 5000 rupiah per orang. Setelah itu barulah pengunjung bisa melanjutkan perjalanan ke gua.
Menuju Gua Payudan


Anak Tangga Menuju Gua
Tangga Menuju Gua

Untuk menuju ke gua ini..pengunjung harus menapaki anak tangga sepanjang 50 meteran. Ujung dari anak tangga ini adalah mulut gua yang berupa cerukan yang sangat besar. Setelah itu pengunjung akan dipersilahkan naik ke bagian gua yang bentuknya seperti teras. Ada beberapa petugas yang menunggu dan siap menjadi guide duduk di hamparan terpal yang memang khusus disediakan untuk pengunjung. Oya…ada peringatan bagi perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh masuk ke tempat ini. Hmmm…saya tidak bertanya kenapa bisa begitu. Mungkin karena tempat ini dianggap suci…Mungkin lo yaaa…
Gua Payudan

Pengumuman di Gua Payudan
Teras Atas Gua

Petugas tersebut akan menjelaskan sejarah gua dan siapa saja yang pernah bertapa di Gua Payudan. Mulai Jokotole, Potre Koneng (keduanya adalah tokoh Madura), sampai mantan Presiden Soekarno. Petugas tersebut juga akan meminta biaya lagi masing-masing 5000 per orang. Setelah itu barulah pengunjung diajak untuk masuk ke bagian-bagian gua yang pernah dipakai untuk bertapa. Tak lupa peserta dibekali senter untuk membantu penerangan.

Di ruang pertama pengunjung diminta untuk mematikan senter dan membacakan Al-Fatiha beberapa kali sesuai panduan petugas. Setelah itu barulah pengunjung boleh foto-foto. Karena waktu saya dan teman-teman berkunjung sedang ada yang bertapa di ruang itu, kami tak jadi mengambil gambar. 

Keluar dari ruang itu..pengunjung dipersilahkan untuk meminum air yang berasal dari tetesan air dari atap gua. Airnya segar dan dingin sekali…
Minum Air Gua yang Segar

Lalu pengunjung akan dibawa ke ruangan berikutnya, sebagai tempat pertapaan Potre Koneng.  Untuk menuju ke tempat tersebut pengunjung harus jalan jongkok karena memang atap gua tingginya tak sampai 1 meter. Untungnya bagian tersebut hanya beberapa langkah saja… selepas itu pengunjung bisa berjalan normal seperti biasa…atau paling sedikit merunduk.
Di Salah Satu Ruang Gua


Di bagian ini petugas relatif lebih rileks dan mempersilahkan pengunjung untuk menyalakan senter. Petugas juga ngobrol santai seputar sejarah gua. Tak lama setelah itu petugas akan menggiring pengunjung keluar..dan kunjungan pun selesai. 

Selain untuk wisata religi…pelancong lokal kadang juga berkemah di sekitar gua. Mereka bahkan berjalan kaki dari desa terakhir. Lumayan bisa 2 jam an kalo jalan kaki… 

1 komentar:

  1. Kalau liat pemandangan alam dari ketinggian itu rasanya subhanallah...

    Best regard,
    Adi Pradana

    BalasHapus

Hai..Terima kasih sudah mampir dan menyampaikan komentar.. Salam Lestari.